Sunday, April 15, 2012

Kerja Profesional, Penuh Etika dan Harga Diri - browox - Storify

Kerja Profesional, Penuh Etika dan Harga Diri

Mestinya spt inilah bekerja itu dari timeline Bapak @chappyhakim yg dapat sharing dari sahabatnya.

  1. Ditengah amburadulnya masalah "taat aturan" , tengok sebentar ini : Curhat Dari Sahabat shar.es/rCbuW
  2. 1. Sahabat saya seorang kontraktor bangunan. Dia saya ketahui meneruskan apa yang telah dikerjakan oleh orang tuanya.
  3. 2. Jadi dia adalah generasi kedua yang menjalani pekerjaan yang buat saya terlalu rumit. Rumit dalam pengertian, sebagai kontraktor,
  4. 3. dia harus mencari sendiri pelanggan atau klien nya. Setelah dapat, masih banyak daftar panjang yang harus dikerjakannya, antara lain
  5. 4. belanja bahan bangunan dan mengelola SDM yang mulai dari arsitek sampai dengan para tukang, batu, kayu dan juga mandornya masing-masing.
  6. 5.Baru kemudian dapat menghitung keuntungan yang pantas untuk diraih walaupun masih akan berhadapan dengan banyak variabel lainnya.
  7. 6. Kalkulasi sangat ribet menghitungnya,karena belanja barang, upah pekerja/laju kenaikan harga jasa angkutan adlh hal yg sulit di prediksi.
  8. 7.Singkat kata, teman saya ini memang memiliki kemampuan itu karena telah lama magang kepada orang tuanya sendiri.
  9. 8. Perusahaannya ini sangat taat azas. Selalu mentaati peraturan dn mempertahankan kualitas bangunan spt menjaga nama baik dirinya sendiri.
  10. 9. Inilah yang dia peroleh dari almarhum ayahnya, seorang kontraktor yang otodidak dan sangat sukses dijamannya.
  11. 10.Kesuksesan orang tuanya, membawa teman saya itu untuk dapat menimba ilmu di Amerika Serikat. Kebanggaan yang tiada tara bagi keluarganya.
  12. 11.Agak kurang beruntung, teman saya ini, karena komitmennya yang kuat terhadap etika dan nama baik serta kehormatan perusahaannya,
  13. 12. maka otomatis menjadi sulit untuk memperoleh "proyek" dari instansi yang berhubungan dengan pekerjaan bangunan.
  14. 13. Karena biasanya, tidak semua tentunya, proyek-proyek itu kemudian harus bertarung dengan hal-hal yang sangat "siluman" sifatnya.
  15. 14.Dengan status dan pendiriannya yang seperti itu, maka dia hanya memperoleh proyek-proyek tertentu saja.
  16. 15.Sekali lagi, hal ini antara lain dia agak "sulit" utk bisa menyisihkan sebagian dari nilai proyek nya utk uang saku sang pemberi proyek.
  17. 17. Ini sambungan kultwit pagi tadi :Dia paham sekali, bahwa apabila hal tersebut dilakukan maka hanya satu pilihannya, yaitu kualitas
  18. 18. bangunan akan tergerus, dan dia tidak mau mengorbankan kulaitas kerjanya.
  19. 19.Demikianlah, ia hanya menjadi langganan dari mereka yang menginginkan kualitas dan menjaga kehormatan diri dalam melaksanakan tugas.
  20. 20. Dengan berjalannya waktu, memang kemudian jelas terlihat, diantara sesama kontraktor, siapa-siapa saja yang akan selalu menerima order
  21. 21. dan siapa yang hanya akan nyaris menjadi penonton saja. Akan tetapi dengan berjalannya waktu pula terlihatlah siapa-siapa yang dapat
  22. 22. bertahan dn siapa pula yg dlm waktu singkat perusahannya terbelit masalah tentang hasil kerjanya yang jauh dari kualitas yg seharusnya.
  23. 23. Kompetisi alamiah terjadi disini,walaupun tetap saja perusahaan "kongkalikong"(bubar sebentar kemudian muncul kembali dg nama baru dst)
  24. 24. mendapatkan sendiri wilayah kerjanya. Namun demikian dia memperoleh apa yang dikenal dengan "brand image", yaitu bila ingin bangunan yg
  25. 25. yang dikenal dengan "brand image", yaitu bila ingin bangunan yang bagus ya pilih lah perusahaan itu.
  26. 26. Setelah menjalani pekerjaannya itu selama hampir belasan tahun, dia memperoleh hasil kerja kerasnya.
  27. 27. Suatu saat Jepang memberikan bantuan dari yayasan berpengaruh di negaranya untuk RI, yang antara lain berupa proyek bangunan.
  28. 28. Pihak Jepang ternyata sdh mengetahui reputasi perusahaan teman saya itu,mereka memilih nya menjadi salah 1 calon utama yg akan di test.
  29. 29. Utk melaksanakan proyek. Hampir tdk ada hambatan sedikit pun, teman saya lulus dgn mudah pd seleksi tersebut, dn mulailah dia bekerja.
  30. 30. Sangat mengejutkan, karena ternyata bekerja dibawah pengawasan Jepang dia memperoleh banyak hal yang "baru" sifatnya.
  31. 31. Hal yang sederhana sekali, misalnya tentang adukan semen. Komposisi dari adukan semen, ternyata sudah menjadi masalah yang serius.
  32. 32. Pihak Jepang memeriksa dg teliti sekali, mulai dari kualitas pasir dn juga merek semen yg akan dicampurkan takarannya masing2
  33. 33. Belum lagi dgn bahan-bahan bangunan lainnya. Semua diperiksa secara teliti dan satu persatu, sampai dengan peralatan yg akan digunakan.
  34. 34. Mereka sangat cerewet thd bahan yang digunakan proses mengerjakannya.
  35. 35. Setiap hari pengecheckan terhadap hal yg sama dn berulang secara rutin, tidak pernah mereka tinggalkan.
  36. 36. Tdk ada sedikit pun yg dpt mereka berikan kompensasi. Kesalahan sekecil apapun, mereka memilih utk mengulangnya lagi, dp dilanjutkan.
  37. 37. Jangankan yang memeriksa, teman saya mengatakan yang mengerjakannya saja sampai bosan di buatnya. Namun itulah yang terjadi.
  38. 38. Berikutnya, setelah satu bulan berlalu, datanglah orang dari pusat kantor nya di Jepang yang akan melakukan inspeksi proyek. .
  39. 39. Nah, disini terlihat lagi bagaimana rumitnya bekerja dengan Jepang. Pada waktu menuju tempat proyek untuk di periksa,
  40. 40. teman saya dn orang Jepang pengawas bangunan , tidak boleh berada di satu mobil dengan para Inspektur yang datang dari kantor pusat itu.
  41. 41.Pemeriksaan yang di lakukan lebih heboh lagi. Karena mereka adalah Inspektur yang memang profesional,
  42. 42. maka mereka tahu betul apa dan mana-mana yang harus mereka periksa.
  43. 43. Lagi2kualitas bahan bangunan secara rinci menjadi obyek pemeriksaan yg jauh dari basa basi.Beberapa temuan langsung ditulis dn kemudian
  44. 44. diminta penjelasannya oleh kontraktor yg mengerjakan dn juga kpd pengawas bangunan. Pemeriksaan sngt detil koreksi dilakukan jelimet.
  45. 45. Hebatnya,saat makan siang, mereka makan direstoran dekat proyek. Ternyata ada aturan, mereka tdk boleh duduk satu meja dgn kontraktor .
  46. 46. Mereka langsung mengatur sendiri meja dan tempat duduk nya dan juga membayar sendiri makanannya, dan itu adalah aturan mainnya.
  47. 47. Jadilah teman saya itu terheran2 bagaimana orang Jepang dpt berlaku seperti itu. Pendek kata mereka bekerja sesuai aturan yang berlaku.
  48. 48.Tdk ada celah sekecil apapun utk melanggar aturan.Mereka ternyata cukup melaksanakan pengawasan 1atau 2 tingkat saja sesuai proyeknya.
  49. 49. Dan Proyek dapat dipastikan mutu pekerjaan yang sesuai aturan. Sang pengawas, tidak harus lagi diawasi oleh pengawasnya pengawas, ....
  50. 50. dan pengawasnya pengawas tidak harus diawasi lagi oleh pengawasnya pengawasnya pengawas.
  51. 51. Sahabat saya mengakhiri curhatnya, dgn berkata, biasanya sih, bila bukan Jepang ,yg kerap terjadi pengawasnya banyak sekali dan dana
  52. 52.akomodasi, transport dan makan harus ditanggung kontraktor, dan ironisnya terkadang tidak ada yang diperiksa alias hanya basa basi doang,
  53. 53.dan pulang minta amplop, hua ha ha ha .Terus bagaimana caranya untuk dapat mempertahankan mutu atau kualitas kerja Boro boro harga diri ?
  54. 54.Tetapi, sekali anda bekerja dengan Jepang, maka jangan kaget ! anda akan mendapatkan pelajaran2 yg sangat fundamental sifatnya, berkait
  55. 55.dengan etika bekerja yang sebagian besar sarat dengan pesan "moral" yang berkait dengan "harga diri" sebagai seorang "profesional".
  56. 56. Mungkin begitu kalau mau maju ! (Tamat)

No comments: